KetuaSTAIN Datokarama Palu Prof.H.Zainal Abidin M.Ag, Sabtu pagi, 26 Oktober membuka secara resmi kegiatan workshop jurnalis yang di laksanakan oleh Sub Bagian data dan Informasi bekerja sama dengan LPM Qalamun STAIN Datokarama Palu, menurut panitia Pelaksana kegiatan ini di laksanakan selama 2 hari dan di ikuti oleh 50 orang peserta dari
Banyak yang beranggapan bahwa tugas laku-laki setelah menikah adalah mencari nafkah. Berupaya memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan menghasilkan uang yang banyak. Padahal, ketika laki-laki sudah menikah dan memiliki anak, perannya tidak hanya mencari nafkah. Apalagi, dalam agama Islam, ada banyak peran lain yang harus dilakukan sebagai seorang suami dan juga papa. Lalu, sebagai seorang istri, Mama juga harus tahu apa saja peran Papa dalam keluarga menurut Islam. Sebab, Mama yang menjadi pendamping Papa untuk selalu bersamanya dalam mewujudkan keluarga yang bahagia hingga akhir hayat. telah merangkumkan apa saja peran Papa dalam keluarga menurut Islam. Simak penjelasan berikut ini. 1. Memberikan nafkah untuk keluarga Pexels/EVG Photos Peran Papa dalam keluarga menurut Islam diantaranya untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak adalah kewajiban di dalam Islam. Dalam surat An-Nisa ayat 34, Allah berfirman, ٱلرِّجَالُ قَوَّٰمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَآ أَنفَقُوا۟ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allâh telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain wanita dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” Dalam surat ini jelas bahwa Allah telah memberikan kelebihan bagi Papa untuk menafkahkan rezekinya untuk keluarganya. 2. Sosok pemimpin di dalam keluarga Pexels/Emma Bauso Seperti yang sudah Allah katakan dalam surat An-Nisa ayat 34 bahwa laki-laki adalah sosok pemimpin bagi kaum wanita karena telah diberikan kelebihan. Sehingga, peran Papa dalam keluarga menurut Islam adalah sebagai sosok pemimpin di dalam keluarga. 3. Menjadi pelindung bagi anak dan istri Pexels/Victoria Borodinova Di antara kelebihan yang Allah berikan kepada laki-laki bisa terlihat dari fisik. Secara fisik, laki-laki Allah lebihkan dengan otot yang lebih kuat dan bentuk tubuh yang lebih tegap dan kokoh. Jadi, sangat wajar jika peran Papa dalam keluarga menurut Islam adalah sebagai pelindung bagi istri dan anaknya. 4. Berperilaku adil terhadap anak istri Freepik Dalam surat An-Nisa ayat 129 Allah Swt. berfirman, وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ ۖ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۚ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا Artinya,“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Berperilaku adil terhadap istri juga merupakan peran Papa dalam keluarga menurut Islam. Apabila seorang laki-laki memiliki lebih dari satu istri maka janganlah condong pada salah satunya saja. Ia harus mampu berperilaku adil terhadap istri-istrinya secara harta maupun perhatian. Editors’ Picks 5. Membantu pekerjaan rumah istri Hendaklah seorang suami untuk membantu pekerjaan rumah. Tidak hanya menyerahkan seluruh urusan rumah kepada istri tetapi juga turut serta dalam melakukannya. Perilaku ini adalah apa yang Rasulullah contohkan. Saat ditanya apa yang Rasulullah lakukansaat berada di tengah-tengah keluarganya maka Aisyah ra. berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa membantu pekerjaan keluarganya di rumah. Jika telah tiba waktu shalat, beliau berdiri dan segera menuju shalat,” Muslim. 6. Bermain dan bercanda bersama anak Freepik/senivpetro Sebagai seorang laki-laki yang memiliki anak, peran Papa dalam keluarga menurut Islam ialah senang bermain dan bercanda bersama anak. Ia harus mampu menjadi sosok teman bermain yang menyenangkan bagi anaknya. Perilaku ini juga dicontohkan sering bercanda bersama cucunya, Hasan dan Husein. Beliau juga sering bermain kuda-kudaan dengan cucunya. Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tabrani dari sahabat Jabir, ia mengatakan,“Saat aku menemui Nabi Muhammad SAW dan aku temui beliau sedang berjalan empat kaki main kuda-kudaan dan di atas punggungnya ada Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain dan Rasullah pun bersabda sebaik baiknya unta adalah unta kalian berdua Rasulullah dan sebaik- baik orang adil adalah kalian berdua’,” Al Hadits. seven. Memberikan pendidikan kepada anak sesuai ajaran Islam Freepik/Dusanpetkovic Peran Papa dalam keluarga menurut Islam yang sangat penting ialah memberikan pendidikan kepada anaknya. Pendidikan yang diberikan tentunya sesuai dengan ajaran Islam. Sosok Papa sangat dibutuhkan untuk membentuk karakter dan akhlak yang baik bagi anak. Sosok Papa sangat berpengaruh besar dalam hal ini. Walaupun dikatakan Mama adalah sekolah pertama bagi anak, tetapi tetap Papa diibaratkan sebagai kepala sekolah. Ia yang bertanggung jawab kualitas anak didiknya. viii. Menjadi teladan bagi anak dan istri Freepik/pressfoto Sebagai seorang Papa dalam keluarga yang merupakan kepala keluarga, ia adalah sosok yang harus bisa memberikan teladan kepada anak dan istri. Sosok yang bisa menjadi panutan dalam berbagai hal. Memberikan teladan yang baik bagi seorang Papa sangat penting. Sebab, di saat anaknya dewasa nanti, sosok Papa akan sangat memberikan pengaruh yang besar. Bagi anak laki-laki, papanya akan menjadi office model. Ia akan berharap bisa menjadi sosok laki-laki yang baik seperti papanya. Sedangkan bagi anak perempuan, papanya adalah cinta pertamanya. Ia akan mencari sosok laki-laki yang kelak menjadi suaminya memiliki karakter seperti papanya. nine. Mencarikan pendamping untuk anaknya Unsplash/sharonmccutcheon Saat anak sudah beranjak dewasa dan memasuki masa baligh, maka sebagai orangtua diperbolehkan untuk mencarikan sosok pendamping baginya. Bagi anak perempuan pun, peran Papa dalam keluarga juga sebagai wali pernikahannya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya, وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ “Kawinkanlah anak-anak kamu yang belum kawin dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki-laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya,” south. An-Nur32. 10. Mendoakan anak dan istri Pixabay/Konevi Jika membaca kisah Nabi Ibrahim yang akan menyembelih Nabi Ismail, pasti Mama bertanya-tanya. Bagaimana bisa sosok Ismail sebagai seorang anak tetap taat kepada ayahnya walaupun ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama. Cukup dengan jawaban tauhid, Ismail dengan mantap menjawab keikhlasannya untuk disembelih. Hal itu tidak lain tidak terlepas dari doa yang beliau panjatkan kepada Allah Swt. Doa Nabi Ibrahim ini tertulis di dalam Alquran surat Ibrahim ayat forty, رَبِّ ٱجْعَلْنِى مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ Artinya, “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” Itulah x peran Papa dalam keluarga menurut Islam yang harus diketahui. Semoga dengan memahami peran Papa dalam keluarga akan semakin berkurang jumlah anak-anak yang kehilangan sosok papanya. Baca juga Ini Perbedaan Gaya Komunikasi Perempuan dan Laki-laki Dapat Kekerasan Verbal & Fisik? Ini 5 Cara Keluar dari Toxic Marriage Bagian dari Rukun Iman, Kenali 20 Nama Lain Hari Kiamat dalam Alquran
BOLEHCOPY PASTE ! Kalau A n d a tertarik dengan tulisan diblog ini dan berniat untuk meng-copy-nya serta menyebarluaskannya. Jangan malu-malu, copy aja langsung atau save as lewat menu bar. Boleh di-ubah, dimodifikasi, dan di-perkaya, Diperbolehkan selama untuk t u j u a n kebaikan, tidak melanggar hukum, norma-norma e t i k a dan kesulilaan, tidak
Jakarta - Kesetaraan gender dalam relasi keluarga merupakan salah satu pondasi mewujudkan ketahanan keluarga masa kini. Di dalam lingkup keluarga, kesetaraan gender dapat dimulai dengan berbagi peran antara suami dan istri dalam mengerjakan aktivitas kehidupan keluarga, termasuk praktek pengasuhan dan perlindungan anak ke Harvard Business Review, hadirnya suami yang ikut berperan dalam mengerjakan tugas rumah tangga dalam jangka waktu yang lama juga berpotensi terhadap perubahan besar dalam norma-norma gender, baik itu di rumah dan di tempat kerja. Berikut beberapa alasan mengapa kesetaraan gender penting untuk diterapkan di dalam keluarga seperti dikutip dari Human Rights Finansial KeluargaFinansial sering sekali menjadi satu masalah bagi pasangan yang telah berkeluarga. Bahkan, kondisi finansial yang kurang terencana dengan baik tak jarang berujung pada perceraian. Membiarkan istri bekerja merupakan salah satu penerapan kesetaraan gender di rumah. Studi menunjukkan perempuan yang bekerja juga turut berpartisipasi dan berdampak baik bagi finansial dalam keluarga. Anak Tumbuh Lebih SehatUrusan mengasuh anak sering sekali menjadi stereotip tugas perempuan. Padahal, mengurus anak dan mendidik anak merupakan tanggung jawab suami dan istri. Suami yang ikut berperan dalam mengasuh anak tentunya akan berdampak terhadap anak. Studi menunjukkan anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang setara gender akan lebih baik daripada mereka yang dibesarkan dengan KeharmonisanPenelitian menunjukkan bahwa kesetaraan gender berkaitan dengan keharmonisan baik dalam rumah bahkan hingga negara. Ketika suatu negara menerapkan kesetaraan gender seperti dalam pendidikan dan pekerjaan, hal itu akan mendorong keharmonisan. Di dalam keluarga, menerapkan kesetaraan gender dengan berbagi peran dan menghargai satu sama lain tentu akan membuat keluarga menjadi lebih Role Model bagi AnakPenerapan kesetaraan gender dalam keluarga bisa dimulai dengan berbagi peran domestik antara suami dan istri. Para suami yang menjadi mitra domestik inilah yang nantinya bisa menjadi role model bagi anak-anak. Anak perempuan yang mempunyai ayah yang ikut menjadi bagian dalam peran domestik umumnya cenderung memiliki karier dan harga diri yang tinggi. Sementara, anak laki-laki akan memiliki pandangan yang setara tentang peran perempuan dan laki-laki di rumah dan di tempat itulah keempat alasan kesetaraan gender sangat penting untuk diterapkan di keluarga saat ini. Mengingat pemahaman kesetaraan gender di Indonesia masih kurang banyak disadari, Kecap ABC berkontribusi mendukung penuh semangat kesetaraan gender melalui program Koki Muda Sejati 2020."Koki Muda Sejati 2020 akan memperkuat komitmen Kecap ABC, yaitu semangat kesetaraan gender yang harus dimulai dalam keluarga di rumah," ujar Head of Legal & Corporate Affairs Kraft Heinz Indonesia & PNG Mira Buanawati dalam keterangan tertulis, Sabtu 29/8/2020.Sebelumnya, Kecap ABC juga telah menghadirkan program Suami Sejati Masak di tahun 2018 sebagai inisiatif sosial mendukung kesetaraan gender di Indonesia. Kali ini, Koki Muda Sejati 2020 diluncurkan untuk menyebarkan pemahaman kesetaraan gender kepada generasi muda. Kecap ABC percaya hal ini akan menjadi modal besar mereka dalam berkeluarga nantinya. Simak Video "Tepis Stigma Seputar Perempuan Karir, Simak Kisah Mereka" [GambasVideo 20detik] mul/mpr
bersatunyaseorang laki-laki dan perempuan dalam sebuah pernikahan dengan menjadikan keyakinan Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunah sebagai dasar utama dalam pernikahan. Menurut Spranger yang dikutip oleh Mulyana (2004), menjelaskan ada enam orientasi nilai yang sering dijadikan rujukan oleh manusia dalam kehidupannya.
A. Kedudukan Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat Kedudukan kaum perempuan di tengah keluarga dan masyarakat dapat menentukan sejauhmana peran yang dapat atau sedang dimainkan oleh perempuan. Ternyata di tengah situasi hidup dan jaman yang selalu berubah, kedudukan perempuan dapat menjadi hambatan dan rintangan bagi perempuan untuk berperan secara penuh di tengah keluarga dan masyarakat. Kedudukan perempuan yang ditempatkan lebih rendah dari kedudukan laki-laki, sekaligus menjadi tantangan bagi kaum perempuan untuk mengaktualisasikan dirinya di tengah hidup yang menuntut kesetaraan. 1. Perbedaan Kedudukan Laki-Laki dan Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat Peran perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyarakat sangat ditentukan oleh kedudukannya baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat. Dengan kata lain, peran seseorang ditentukan oleh kedudukannya, karena kedudukan, seseorang mendapatkan wewenang untuk melaksanakan fungsinya sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, seorang pejabat bisa melaksanakan fungsinya karena wewenang yang diberikan atau diterimanya. Demikan pula dengan peran perempuan di tengah keluarga dan di tengah masyarakat tergantung pada kedudukannya di dalam keluarga dan dalam masyarakat. Menurut Nunuk Murniati, seseorang atau kelompok dapat berperan sesuai dengan kemampuannya apabila ia atau mereka mempunyai wewenang untuk melaksanakan fungsinya. Wewenang merupakan hak untuk menentukan sesuatu atau memutuskan sesuatu, maka wewenang sangat erat hubungannya dengan kedudukan seseorang atau kelompok orang Nunuk Murniati, 1997 81. Dengan kata lain, kedudukan sesorang turut menentukan pengaruhnya secara optimal terhadap lingkungannya. Misalnya ketika perempuan hanya ditempatkan sebagai ibu rumah tangga, maka peran yang dimainkannya hanya mempengaruhi atau memberikan sumbangan khusus bagi lingkup keluarganya saja atau hanya terbatas dalam ruang lingkup keluarga. Sedangkan laki-laki yang ditempatkan sebagai kepala keluarga memiliki kedudukan atau wewenang yang lebih besar dibandingkan perempuan sebagai ibu rumah tangga. Dalam arti tertentu, laki-laki memiliki kekuasaan lebih atas isterinya dan anak-anaknya. Sehingga keputusan selalu di tangan laki-laki. Misalnya, apakah isterinya boleh atau tidak mencari nafkah atau bekerja, menyangkut pendidikan dan masa depan anak-anak, khususnya anak laki-laki dan anak perempuan, bahkan sampai masalah kebutuhan biologis pun ditentukan oleh kaum laki-laki. Oleh sebab itu, kedudukan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat sangat menentukan ruang gerak dan perannya dalam keseluruhan kehidupan keluarga dan masyarakat. Dalam keluarga kedudukan dan peran perempuan dan laki-laki seringkali dibedakan atau dikontraskan. Misalnya, perempuan dipandang dan dianggap sebagai yang mempunyai tugas, peranan dan tanggung jawab besar dalam keluarga. Mereka harus melayani suami dengan setia, mendidik anak-anak dengan baik, pokoknya melaksanakan semua kebutuhan dan keperluan rumah tangga, dari memasak, menyiapkan makanan, mencuci, menyetrika, melayani tamu, membersihkan rumah, dan masih banyak lagi status yang harus disandang kaum perempuan. Sedangkan kaum laki, dipercayakan untuk menghidupi keluarganya dengan mengusahkan nafkah baik lahir maupun batin. Persoalan domestikasi merupakan persoalan yang seringkali ditemukan dan menjadi bahan kajian, diskusi bahkan perdebatan banyak kalangan, baik perempuan maupun laki-laki. Demikian pula dalam masyarakat, kaum perempuan dan laki-laki memiliki peran yang berbeda sesuai dengan kedudukan yang telah ditentukan oleh masyarakat bagi mereka. Misalnya, terdapat perbedaan pekerjaan yang dilakukan mereka dalam kelompoknya, juga status dan kekuasaan yang dimiliki tidak sama. Menurut Mosse ada beberapa faktor yang mengakibatkan perbedaan peran dalam masyarakat, mulai dari lingkungan alam, hingga cerita dan mitos-mitos yang digunakan untuk memecahkan teka-teki perbedaan jenis kelamin, mengapa perbedaan itu tercipta dan bagaimana dua orang yang berlainan jenis kelamin dapat berhubungan dengan baik berdasarkan sumber daya alam di sekitarnya Mosse, 2004 5. Ternyata peran seseorang juga dipengaruhi oleh kelas sosial, usia dan latar belakang etnis. Misalnya di Inggris sekitar abab XIX, ada anggapan bahwa kaum perempuan tidak pantas bekerja di luar rumah guna mendapatkan upah. Namun perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa anggapan tersebut hanya berlaku bagi perempuan kelas menengah dan kelas atas. Sedangkan kaum perempuan kelas bawah diharapkan bekerja sebagai pembantu bagi kaum perempuan yang dilahirkan tidak untuk bekerja sendiri. Contoh di atas memberikan gambaran bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran dan kedudukan yang berbeda baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Seperti yang telah diungkapkan bahwa salah satu topik yang banyak mengandung perdebatan di antara para pemerhati perempuan adalah mengenai persamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Pertanyaan yang selalu muncul adalah "Apa yang lebih penting bagi pemberdayaan perempuan? Apakah pengakuan bahwa mereka sama dengan laki-laki ataukah pengakuan bahwa mereka berbeda dengan laki-laki?" Pengakuan bahwa perempuan dan laki-laki sama, yaitu sama-sama sebagai manusia yang mempunyai pikiran, perasaan dan pendapat, memang dibutuhkan oleh perempuan, karena selama berabad-abad pengakuan tersebut disangkal. Namun ternyata isi dari pikiran, perasaan dan pendapat perempuan tidaklah sama dengan isi dari pikiran, perasaan dan pendapat laki-laki, karena peran mereka yang berbeda dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, menurut Hardy, pengakuan akan perbedaan antara perempuan dan laki-laki menurut pengertian di atas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas kehidupan perempuan Hardy, 1998 121. Menurut de Beauvoir, dalam budaya patriarki, kehidupan ekonomi, sosial dan politik perempuan bukan hanya dibatasi, melainkan juga tidak diakui, yang terjadi adalah perempuan hidup untuk menunjang kehidupan ekonomi, sosial dan politik laki-laki. Melalui institusi ekonomi, sosial, dan politik, budaya patriarkat mencetak citra diri perempuan sesuai dengan citra ideal perempuan sebagai jenis kelamin kedua dalam pandangan patrialkal. Setidaknya ada empat institusi budaya patriarkat yang menurut de Beauvoir menguasai hidup perempuan dengan intensitas yang berbeda-beda sesuai dengan fase hidup perempuan, yaitu fase balita, sekolah, remaja, perkawinan, dan hari tuanya. Keempat institusi ini saling melengkapi dalam menciptakan dunia perempuan sebagai dunia yang sudah pasti, statis atau dunia buatan yang tidak bisa diubah de Beauvoir, 2005 48-50. Institusi-institusi yang dimaksudkan Beauvoir adalah Keluarga, Pendidikan, Perkawinan dan Hukum Negara. a. Lembaga Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama kali yang menginternalisasikan nilai-nilai perempuan sebagai objek. Sejak kecil perempuan diajarkan untuk bergembira dengan cara menyenangkan orang dewasa melalui sikap manja, manis, dan sopan. Sementara laki-laki, sejak kecil didorong untuk menjadi "laki-laki" dengan diajarkan untuk "tidak cengeng atau menangis, karena menangis hanya untuk anak perempuan". Demikian pula sebaliknya, jika anak perempuan yang berlaku seperti laki-laki, misalnya bermain seperti laki-laki dianggap nakal, ia akan dicap sebagai anak tomboi. Perilaku seperti ini dianggap mengancam "keperempuanannya". Sedangkan kenakalan anak laki-laki dipandang sebagai hal yang biasa dan tidak terlalu dipusingkan. Aktivitas anak perempuan pun dibatasi dalam rumah saja, terutama membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah, sehingga sejak kecil anak laki-laki pun sudah diajarkan untuk menyadari bahwa tanggung jawab pekerjaan rumah tangga adalah menjadi bagian dari tanggung jawab perempuan de Beauvoir, 2005 49. b. Lembaga Pendidikan Internalisasi nilai-nilai perempuan sebagai sosok yang santun atau sopan, dan manis serta selalu menyenangkan orang lain dilanjutkan oleh lembaga pendidikan. Di sekolah, melalui sikap para guru dan afirmasi dari teman-temannya, nilai inferioritas ini diinternalisasikan perempuan dengan semakin kuat de Beauvoir, 2005 49. c. Lembaga Hukum Negara Masyarakat ikut memperkuat internalisasi nilai-nilai inferior perempuan melalui mitos-mitos dan tata nilai yang mengharuskan perempuan sedapat mungkin melindungi tubuhnya dari tatapan laki-laki, bersikap santun, membiarkan laki-laki menggoda dan bersikap kurang ajar kepadanya. Sikap dan perilaku laki-laki yang demikian terhadap perempuan dianggap "memang laki-laki biasa begitu". Pandangan dan perilaku yang tidak adil atau kekerasan yang dialami kaum perempuan dibenarkan oleh lembaga hukum, melalui pasal-pasalnya mengatur dan membatasi ruang gerak perempuan dalam hidup bermasyarakat dan bernegara de Beauvoir, 2005 50. d. Lembaga Perkawinan Masyarakat patriarkal melihat lembaga perkawinan sebagai penjaga moral mereka dan merupakan satu-satunya lembaga yang secara moral membenarkan aktivitas seksual perempuan. Aktivitas seksual bagi perempuan dianggap sebagai wujud pelayanan tertinggi pada suami dan spesies manusia. Perempuan harus siap melayani kapan saja suaminya menginginkan tubuhnya. Menurut de Beauvoir, pembatasan budaya patriarkal terhadap kehidupan perempuan telah mencapai wilayah yang sangat pribadi dan mendasar, yaitu kemampuan perempuan untuk mengartikan sendiri kenikmatan yang dirasakannya melalui tubuhnya de Beauvoir, 2005 52. Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan masyarakat merupakan akibat dari pembagian pekerjaan secara seksual. Peran perempuan selalu dikaitkan dengan ruang lingkup domestik, sedangkan peran laki-laki selalu dikaitkan dengan ruang lingkup publik. Peran-peran tersebut diajarkan pada anak perempuan dan laki-laki sejak dini, kecil, sehingga perbedaan peran secara seksual ini tampak alamiah. Kemudian melalui pranata-pranata dalam masyarakat peran tersebut mendapatkan legitimasinya Hardy, 1998 121. Sedangkan dari perspektif gender melihat bahwa subordinasi perempuan dalam sektor publik bukan karena faktor biologis, melainkan lebih diakibatkan oleh faktor kultur. Dalam perspektif gender, kondisi biologis sepanjang masa akan tetap sama, yakni terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis itu menjadi bermakna politis, ekonomis, dan sosial ketika tatanan kultural dalam masyarakat mengenal pembagian kerja secara hirarkis antara perempuan dan laki-laki. Ketika faktor kultural ditransformasikan bersama faktor biologis ke dalam masalah sosial dan politik, akhirnya menyebabkan subordinasi perempuan oleh laki-laki di sektor publik maupun domestik. Dengan kata lain, kultur menjadi suatu simbol dalam penajaman perbedaan seksual Freeman, 1970 6. Sulit disangkal bahwa arus globalisasi telah mempengaruhi dan ikut mengubah gaya hidup masyarakat serta kebudayaan manusia jaman sekarang. Pengaruh dan perubahan tersebut turut membawa aneka pilihan bagi perempuan dalam berperan aktif di tengah-tengah keluarga, dan masyarakat. KEMBALI KE ARTIKEL
Dalamkasus Ajo Kawir dan Jelita saya setuju kata-kata, disaat manusia bersyukur maka akan ditambah nikmatnya. Di dalam buku ini juga memberikan pelajaran terkait perempuan dan laki-laki. Seperti pada saat polisi melakukan pelecehan terhadap Rona Merah, memang Rona Merah gila tapi tidak seharusnya mendapatkan hal tersebut.
Hasil Voting Capres & Cawapres Pilihan VIVAnians 1 Anies Baswedan - Agus Harimurti Yudhoyono 23902 Suara 2 Prabowo Subianto - Mahfud MD 19239 Suara 3 Ganjar Pranowo - Basuki Tjahaja Purnama 14190 Suara Terpopuler Selengkapnya VIVA Networks Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berharap agar All New Toyota Yaris Cross bisa di ekspor ke Australia, sehingga menjadi tantangan Toyota Indonesia. Tercatat ada 4 merek asal China yang hadir di pameran tahunan GIIAS 2023 nanti, yaitu Neta, GWM Tank, Ora, dan Haval. Bagaimana Chery melihat persaingan ini? Selengkapnya Isu Terkini
Sistemkami menemukan 25 jawaban utk pertanyaan TTS peran dari laki dan perempuan. Kami mengumpulkan soal dan jawaban dari TTS (Teka Teki Silang) populer yang biasa muncul di koran Kompas, Jawa Pos, koran Tempo, dll. Kami memiliki database lebih dari 122 ribu. Masukkan juga jumlah kata dan atau huruf yang sudah diketahui untuk mendapatkan hasil
Sejak masa pertumbuhan, anak laki-laki dan perempuan memasuki masa remaja remaja pada umur yang berbeda, di mana perempuan cenderung mengalami pubertas lebih awal. Perbedaan tersebut terus berlanjut hingga dewasa dan memasuki masa lansia. Laki-laki dan perempuan memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dari segi fisik, mental, dan kapasitas emosional. Berikut beberapa perbedaan yang dapat ditemukan dari laki-laki dan perempuan seiring dengan pertambahan usia. 1. Laki-laki terlihat lebih muda dibandingkan perempuan Dari segi penampilan, pertambahan usia sudah pasti akan menyebabkan perubahan pada kulit seseorang. Perempuan lebih rentan mengalami berbagai kerutan di wajah memasuki usia dewasa hingga lansia, meskipun baik laki-laki dan perempuan mengalami penurunan kadar kolagen dengan jumlah yang tidak jauh berbeda pada umur 30 tahun. Hal ini dikarenakan sifat kulit dari laki-laki yang menua secara perlahan sehingga cenderung menjadi kurang rentan terhadap penuaan. Hormon testosteron pada laki-laki juga berperan meningkatkan ketebalan kulit dan kepadatan kolagen. Kulit pada laki-laki juga cenderung lebih kuat dan lembap karena lebih sering terpapar asam laktat dari keringat yang dihasilkan. 2. Laki-laki mengalami penurunan massa otot lebih dahulu Meskipun pertambahan berat badan pada umumnya dipengaruhi oleh asupan dan aktivitas, namun terdapat perbedaan pola pertambahan berat badan antara laki-laki dan perempuan. Massa otot pada laki-laki akan menurun lebih awal dibandingkan perempuan yaitu pada umur 50 tahun. Hal ini disebabkan hormon testosteron yang cenderung mengalami penurunan sehingga tidak dapat mempertahankan massa otot. Sedangkan pada perempuan, berat badan mengalami penurunan setelah umur 65 tahun yang disebabkan penurunan massa otot, namun hal ini tidak terlalu dipengaruhi penurunan hormon. 3. Perbedaan tingkat kebahagiaan Berdasarkan suatu penelitian, pada usia lanjut laki-laki cenderung lebih bahagia dibandingkan perempuan. Proporsi lansia yang merasa sangat bahagia pada penelitian tersebut lebih besar pada kelompok laki-laki 25% dibandingkan perempuan 20%. Sebaliknya pada kelompok perempuan, proporsi individu yang sangat bahagia terdapat pada indivdidu dengan usia yang lebih muda.
Disaat kaum feminis dan para penggugat kesetaraan gender menghendaki kedudukan yang sejajar antara laki-laki dan wanita (fifty-fifty),dengan berpendapat bahwa 'bisa saja kepala rumah tangga itu adalah seorang wanita',masih ada seorang wanita yang betul-betul lurus hatinya,jernih akal pikirannya,dan hanya keridhaan ALLAH dan keridhaan suaminya yang
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pada dasarnya, manusia diciptakan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Setiap dari keduanya memilki peranan yang berbeda. Ada banyak sekali tugas dan juga hal yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki dan hanya bisa dilakukan perempuan, dan sebaliknya. Hal ini menimbulkan batasan-batasan yang timbul dalam masyarakat tentang kedua gender ini. Batasan ini mencakup semua hal yang berkaitan dengan masing-masing gender persoalan kehidupan asmara, seorang laki-laki pada umumnya akan menyatakan terlebih dahulu perasaan yang berkecamuk dalam hatinya. Mungkin karena seorang laki-laki yang memang lebih leluasa untuk melakukan hal-hal yang diinginkan dan juga laki-laki memang dituntut untuk banyak bergerak. Dalam agama pun dijelaskan bahwasannya laki-laki merupakan pemimpin dari akan menimbulkan definisi yang berkaitan dengan tanggung jawab yang besar atas apa yang dipimpinnya. Oleh karena itu seorang laki-laki dituntut untuk banyak bergerak demi pertanggung jawabannya terhadap apa yang ia pimpin yakni perempuan. Bukan karena laki-laki adalah pemimpin dan memikul beban tanggung jawab yang sangat besar, perempuan pun jika dikaitkan dengan masalah rumah tangga juga harus memiliki tanggung jawab. Tanggung jawab yang harus dimiliki perempuan meliputi berbakti pada suami dan juga memberikan pengajaran pertama pada anaknya dengan baik. Tanggung jawab perempuan juga harus mejaga kehormatan dirinya agar tidak merugikan dirinya yang terlalu banyak bertingkah karena menuruti keinginan semata, tak akan ada seorang laki-laki baik yang mendekatinya untuk dijadikan istri. Karena seburuk-buruk perilaku seorang laki-laki, ia ingin memiliki istri yang berbakti untuk merubah segala kesalahan yang pernah dilakukan selama hidupnya. Laki-laki akan berubah ketika ia mencintai seorang wanita. Perubahan ini terutama pada perilaku dan juga kebiasaannya. Ia akan berusaha menjadi sebaik mungkin dihadapan wanita laki-laki menginginkan wanita yang anggun dan juga baik. Mereka ingin sesosok wanita yang menjadi panutan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu banyak laki-laki baik yang tidak suka denganwanita yang terlalu banyak tingkah. Wanita yang tidak banyak tingkah akan selalu diidamkan banyak pria. Karena pria tidak ingin apabila wanitanya menjadi tontonan oleh pria lainnya. Bagi laki-laki seorang wanita bukan hanya pelengkap dalam kehidupannya, akan tetapi juga sangat berpengaruh dalam status sosialnya. Seorang wanita yang baik akan mengangkat derajat sosial laki-laki yang menjadi pasangan hidupnya. Hal ini terjadi secara alami dalam kehidupan masyarakat demikian terjadi sebaliknya, apabila laki-laki tak banyak bertingkah ia tak akan banyak tau wanita mana yang baik untuk dijadikan istrinya. Laki-laki memang melihat wanita dri penampilan fisiknya, akan tetapi untuk urusan istri mereka sangat berharap agar wanitanya berperilaku baik. Wanita juga memiliki kriteria dalam menerima ataupun menolak laki-laki yang mendekatinya. Kebanyakan wanita tidak memandang fisik dari laki-laki yang akan dijadikan suaminya akan tetapi tanggung jawab laki-laki tersebut yang mereka inginkan. Ketidaktampanan laki-laki bagi wanita akan dimaklumi karena kemapanannya. Karena kemapanan seorang pria merupakan jaminan bagi wanita untuk memilki cinta yang berkualitas. Lihat Catatan Selengkapnya
Tetapipada dasarnya perempuan yang memiliki gaya duduk manis memiliki sifat jujur dalam berbagai hal termasuk jika dia merasakan bosan saat melihat ada lelaki yang lebih borju dari kekasihnya. Perempuan ini juga bertipe terbuka, terutama untuk urusan busana yang semakin minim busana yang dikenakannya makin jelas apa yang diingininya.
Bagi beberapa orang, gambaran suami yang bekerja dan istri yang mengurus anak-anaknya di rumah merupakan hal yang biasa saja. Bahkan, gambaran tersebut mungkin menjadi semacam standar “keluarga sempurna” bagi mereka. Namun, orang juga bisa berpendapat bahwa gambaran tersebut melambangkan opresi terhadap perempuan. Pandangan bahwa perempuan “seharusnya” tinggal dirumah dan mengurus anak bisa dianggap sebagai upaya laki-laki untuk membatasi potensi singkat di atas menggambarkan bagaimana gender role, atau peran gender dapat dilihat melalui berbagai perspektif. Secara fungsional pembagian peran diperlukan untuk menjaga keseimbangan masyarakat. Sedangkan secara kritis pembagian peran dapat dipandang sebagai usaha superordinat untuk mempertahankan mengenai peran gender, khususnya peran gender dalam keluarga sendiri nampak seperti sesuatu yang tidak ada habisnya. Bahasan mengenai peran gender dalam keluarga dapat dilacak hingga awal tahun 1700-an. Pada masa itu, seorang bangsawan Jerman Dorothea von Velen mengkritik, dan berhasil mengubah kebijakan kerajaan terkait pembatasan peran perempuan pasca-pernikahan John, 1962. Lebih lanjut, pada tahun 1970 Perancis membebaskan perempuan dari otoritas laki-laki dalam keluarga Ferrand, Hal ini membuktikan bahwa diskursus mengenai peran gender dalam keluarga mengalami perkembangan dari tahun ke menjadi pertanyaan adalah, apakah peran gender hanya bisa dilihat melalui perspektif diperlukan dan tidak diperlukan? Apakah semua keluarga mengalami dilema yang sama mengenai keberadaan peran gender?Peran Gender dalam Perspektif KelasMasyarakat sejatinya terbagi dalam kelas-kelas yang bersifat hierarkis. Konsep ini disebut sebagai stratifikasi sosial. Stratifikasi sosial umumnya dibagi melalui indikator ekonomi, namun bagi Weber, stratifikasi tidak hanya terkait dengan indikator material seperti ekonomi. Stratifikasi sosial juga erat kaitannya dengan indikator-indikator yang bersifat non-material, seperti status kehormatan dan hubungan sosial Macionis, 2010. Pada umumnya, stratifikasi membagi masyarakat menjadi tiga bagian, yaitu kelas atas, menengah, dan bawah. Menggunakan perspektif ini, kita dapat membagi keluarga menjadi tiga bagian pula, keluarga kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Lalu sebenarnya apakah hubungan antara peran gender dan perspektif kelas?.Kita dapat melihat bahwa konsepsi peran gender antara keluarga dari kelas satu dengan keluarga dari kelas lainnya ternyata berbeda. Dengan kata lain, kelas memiliki dampak terhadap pemaknaan keluarga mengenai bagaimana gender berperan. Bagi keluarga kelas bawah yang berjuang melawan tekanan ekonomi, konsepsi peran gender yang kaku menjadi tidak relevan. Trail dan Karney 2012 mengemukakan bahwa dalam keluarga dengan penghasilan rendah, baik istri maupun suami sama-sama mengharapkan pekerjaan yang layak. Hal ini menunjukkan bahwa peran gender tradisional di mana suami mencari nafkah dan istri mengurus rumah tangga tidak berlaku di keluarga kelas bawah. Baik suami maupun istri sama-sama berkerja karena tuntutan peran gender dalam keluarga kelas bawah juga didukung oleh riset dari Haryanto 2008 yang membahas tentang peran aktif wanita dalam peningkatan pendapatan rumah tangga miskin. Riset yang dilakukan di daerah Trenggalek menunjukkan bahwa wanita turut menyumbang pendapatan rumah tangga yang cukup signifikan dengan bekerja sebagai pemecah peran gender dalam keluarga kelas bawah juga dapat dilihat dari pola pengasuhan anak. Dalam kasus ini, kepengurusan anak menjadi komunal dan dilakukan secara spontan. Tidak jarang dan fungsi sosialisasi nilai anak diserahkan kepada lingkungan sosial karena kesibukan orangtua keluarga kelas bawah tersebut. Bahkan dalam risetnya, Epstein 1961 mengemukakan bahwa anak dari keluarga kelas bawah turut dipekerjakan untuk membantu kondisi ekonomi halnya dengan keluarga kelas bawah, keluarga kelas atas juga tidak terikat dengan konsepsi peran gender yang kaku. Crompton dan Lyonette 2005 menyatakan bahwa keluarga kelas atas yang memiliki pendidikan dan tingkat pendapatan tinggi mendorong kaburnya peran gender. Relasi gender yang hadir dalam keluarga tersebut bersifat egaliter, di mana baik laki-laki maupun perempuan memiliki posisi yang setara dalam proses pengambilan peran gender dalam keluarga kelas atas juga dapat dilihat dari perspektif pasar. Keluarga kelas atas memiliki akses ke pasar yang menyediakan berbagai jenis peran yang mereka inginkan. Peran perempuan dalam mengurus anak dapat digantikan oleh pengasuh. Peran perempuan di dapur juga dapat digantikan dengan kehadiran catering dan rumah makan. Hal ini menunjukkan bahwa konsepsi mengenai peran gender merupakan hal yang tidak relevan baik dalam keluarga kelas atas, maupun kelas bagaimana dengan konsepsi peran gender “ideal” yang digambarkan di atas? Agaknya permasalahan mengenai bagaimana laki-laki dan perempuan harus berperan dalam keluarga menjadi masalah eksklusif yang hanya dialami oleh kelas menengah. Konsep middle-class trap ternyata juga berlaku di dalam relasi gender. Keluarga kelas menengah tidak cukup miskin untuk mengalami krisis dan melakukan pembagian kerja komunal. Di lain pihak, keluarga kelas menengah juga tidak cukup kaya untuk mampu membeli peran-peran yang telah disediakan oleh pasar. Ya, dari argumen di atas dapat dilihat bahwa peran gender “ideal” sepertinya hanya berlaku di keluarga kelas gender pada dasarnya bukanlah merupakan konsep yang sederhana. Peran gender sejatinya selalu hadir dalam relasi antar-pasangan, baik dalam bentuk yang terlihat maupun tidak terlihat. Bagaimana pera gender dimanifestasikan dalam hubungan sesama jenis? lalu indikator apa yang digunakan untuk membagi kelas dalam masyarakat? Kedua pertanyaan tersebut merupakan contoh kritik terhadap tulisan ini. Namun penulis berharap tulisan ini dapat menyajikan perspektif baru dalam memandang peran gender di masyarakat, melalui perspektif kelas.
oZFwe. cwnlb1598f.pages.dev/162cwnlb1598f.pages.dev/127cwnlb1598f.pages.dev/4cwnlb1598f.pages.dev/80cwnlb1598f.pages.dev/156cwnlb1598f.pages.dev/343cwnlb1598f.pages.dev/258cwnlb1598f.pages.dev/244cwnlb1598f.pages.dev/203
apakah dalam keluargamu ada perubahan peran laki laki dan perempuan